[Kisah] Pohon Apel dan Anak Lelaki

Suatu hari hiduplah seorang anak lelaki yang senang bermain main di bawah pohon apel. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel, begitu juga pohon apel yang sangat mencintai anak lelaki itu.

Ketika itu, anak lelaki termenung sedih. Lalu pohon apel bertanya pada anak lelaki itu, “Mengapa kamu bersedih?”

Anak lelaki itu menjawab, “Aku bosan, aku ingin membeli mainan seperti teman-temanku. Tetapi aku tak mempunyai uang”

Kemudian pohon apel berkata, “Duh..maaf, aku tak mempunyai uang untuk membeli mainan. Tetapi kau bisa memetik semua buah apelku dan menjualnya. Dengan begitu kau bisa mendapat uang untuk membeli mainanmu..”

Seperti yang disarankan, anak lelaki itu memetik seluruh buah yang ada di pohon apel itu dan pergi dengan gembira.

Anak itu tak datang lagi. Pohon apel bersedih.

Suatu ketika, anak lelaki itu tak lagi kanak-kanak, ia sudah tumbuh menjadi dewasa. Lelaki itu mendekati pohon apel yang kini terlihat gembira. Lelaki itu sedih.

“Ayo bermain main lagi denganku!” pinta pohon apel.

Lelaki itu berkata, “Aku bukan anak kecil lagi, aku harus bekerja untuk membuat rumah demi keluargaku… Maukah kau memberiku sebuah rumah?”

Pohon apel itu menjawabnya , “Duh…maaf, aku tak mempunyai rumah. Tetapi kau bisa mengambil seluruh batangku untuk kau jadikan rumah”

Kemudian lelaki itu menghabisi batang batang milik pohon apel dan pergi dengan gembira. Tetapi lelaki itu tak pernah datang lagi. Pohon apel kembali bersedih.

Kini lelaki dewasa itu sudah berumur dan menjadi tua. Ia mendatangi pohon apel itu dan berkata, “Aku sudah tua, aku ingin berlayar menggunakan kapal. Tetapi aku tak mempunyai kapal”

Pohon apel menanggapinya dengan senyuman, “Duh..maaf, aku tak mempunyai kapal untuk berlayar. Tetapi kau bisa menebang batang tua-ku ini dan membuatnya sebagai kapal idamanmu”

Lelaki tua itu menebang batang yang tersisa pada pohon apel dan pulang dengan senang.

Waktu terus berjalan, lelaki tua itu kini sudah lebih tua dari sebelumnya. Pohon apel menyambutnya dengan tundukkan sedih. “Maafkan aku anakku, aku sudah tak memiliki apa-apa.. aku juga tak memiliki buah apel yang bisa kau makan” ucap pohon apel sedih.

“Tak apa, aku juga sudah tak memiliki gigi untuk menggigit buah apelmu itu..” jawab lelaki itu tersenyum.

“Aku juga tak memiliki batang dan ranting yang bisa kau panjat..” tutur pohon apel.

Lelaki itu tersenyum lagi, “Aku sudah tak membutuhkan apa apa, aku hanya menginginkan tempat istirahat yang nyaman..”

Pohon itu mengembangkan senyumnya, “Baiklah kalau begitu, tidurlah di akar akarku yang sudah tua ini.. Tidurlah dalam pelukanku..”

Lelaki itu menurut, ia berbaring di seluk beluk akar tua pohon apel. Mereka berdua tersenyum. Pelukan hangat dari pohon apel.

Intinya?
Ibarat aja pohon apel itu sebagai orang tua kita, dan kita sebagai anak lelaki itu. Dulu kita selalu bermain bersama orang tua kita. Orang tua selalu ada dimana kita membutuhkan. Tetapi ketika kita besar, kita hanya datang pada mereka hanya ketika kita memerlukan sesuatu. Orang tua selalu memberikan apa yang kita mau, tetapi kita tak menyadarinya apabila kita telah berlaku kasar pada mereka seperti anak lelaki yang berlaku kasar pada pohon apel. Orang tua merindukanmu. Mereka kan menyambutmu dengan gembira apabila mereka masih punya apa yang mereka miliki. Mereka akan menyerahkan hidup mereka pada anaknya. Sadarkah kalian atas semua itu?